Mengapa yang Haram itu dilarang ?

oleh : Em Amir Nihat

Kata “haram” yang berarti “dilarang” oleh sebagian masyarakat malah dijadikan klaim untuk bersikap dzolim pada apa yang diharamkannya. Misalnya karena anjing itu haram maka berhak membunuh atau melukai anjing. Klaim seperti ini sangat berbahaya karena kata “haram” malah bisadijadikan acuan untuk menghalalkan kedzoliman, permusuhan dan pembunuhan dengan dalih “nahi mungkar”  Padahal semua ciptaan Allah tidak ada yang sia-sia dan pasti ada tujuannya Allah menciptakan hal itu.

Dan ternyata mengapa Allah mengharamkan anjing bagi kita itu hanya perkara air liur dan dagingnya bukan sifat anjingnya sebab setelah dilakukan penelitian air liur dan daging anjing  mengandung cacing yang berbahaya bagi manusia. Uniknya lagi anjing malah menjadi hewan yang paling setia dan daya penciumannya tajam sekali sehingga bisa digunakan untuk membongkar kejahatan oleh Polisi. Dalam hal ini jika kita jujur apa adanya pada fungsi penciptaan anjing maka kita akan dapati bahwa tidak ada satupun ciptaan Allah yang sia-sia.  Hal itu akan disadari jika manusia bisa mengenali fungsi sesuai awal penciptaan. Ingat perintah Allah untuk merenungi penciptaan makhluk. Afala Tatafakkarun (apakah kamu tidak memikirkan) ? Afala Ta’qilun (apakah kamu tidak menggunakan akalmu) ?

Seperti kita fahami bersama bahwa Manusia itu makhluk yang paling sempurna bahkan malaikat pun diperintahkan Allah untuk bersujud pada Nabi Adam AS ( Sujud disini jangan diartikan sebagai menyembah tetapi sebagai bentuk penghormatan ). Artinya manusia adalah makhluk terhormat. Di dalam Alqur’an, Allah menyebut kriteria manusia – manusia. Dari hewan ternak – An Naas – Abid – Mukmin – Muslim – Ummah – Mujahid – Mutaqqin. Derajat paling tinggi adalah Mutaqqin sedangkan paling rendah manusia adalah hewan ternak bahkan bisa ada yang lebih dari itu.

Maka larangan Allah dalam hal ini “keharaman” merupakan bentuk kasih sayang Allah supaya manusia jangan turun derajatnya. Saya analogikan seperti ini misalnya seorang ayah menasihati anaknya supaya jangan makan pedes nanti perut jadi sakit. Apakah makanan pedes salah? Tentu tidak. Itu bentuk kasih sayang bapak pada anaknya supaya ia tidak sakit perut. Artinya keharaman yang Allah jelaskan di Al Qur’an pasti itu bentuk kasih sayang Allah supaya manusia tetap terhormat dan tidak turun derajat kemanusiaannya.

Orang yang bisa menjaga dari perilaku haram pasti ia akan terhormat disisi Allah dan juga disisi manusia. Pun demikian orang yang bisa menghindari keharaman pasti ia akan selamat jasmani, rohani dan mentalnya.

Ada yang mengatakan bahwa yang haram itu enak. Klaim seperti itu jelas tanpa dasar pertimbangan yang matang. Misalnya zina itu enak padahal secara mental itu jelas tidak enak sebab ia pasti akan dibayangi ketakutan bandingkan dengan menikah sebagai solusi ia akan selamat mental, jasmani dan rohaninya. Contoh lain misalnya miras itu enak padahal secara mental itu merusak dan secara jangka panjang juga merusak fisik sehingga jika dirumus secara jangka panjang lebih banyak madhorotnya. Artinya keharaman yang dijelaskan di Al Qur’an itu andai dijauhi pasti akan membawa keselamatan baik jangka pendek dan jangka panjang buat manusia. Inilah luar biasanya AlQur’an. AlQur’an sudah memberikan jaminan keselamatan sampai tingkat jangka panjang.

Kembali ke kata “haram”. Maka seyogyanya kita  selalu bersyukur kepada Allah karena disadari atau tidak oleh kita, Allah selalu memberikan kasih sayangnya dalam bentuk apapun. Ya Rahman Ya Rahim. Semoga kita bisa menghindari perilaku haram karena kita sadar itu bentuk kasih sayang dari Allah supaya kita tetap terhormat sebagai manusia. Aamiin.

Purwakarta, 16 November 2021

Tinggalkan komentar