Ahli Taksir, Ahli Tafsir dan Belajar Tadabbur

oleh : Em Amir Nihat

Perkenalkan nama saya : “tidak bisa mengartikan bahasa arab”, alamat : “hanya bisa baca Alqur’an saja”, bio : “bukan ahli tafsir”, panggilan : “ahli taksir yakni hanya bisa menerka”, cita-cita : “bisa mengamalkan apa yang diperintahkan Allah di AlQur’an”.

Matek saya. Pusing kepala saya. Mumet ndas saya. Pertama, sebab saya bukan ahli tafsir (mufassir) yang menguasai : ilmu nahwu, ushul fiqih, qiraat, asbabun nuzul, tashif dan nasikh mansukh. Kedua : Saya orang kampung yang hanya bisa membaca AlQur’an dan terjemahan lewat Bahasa Indonesia. Ketiga : Saya terancam dan lebih banyak kemungkinan untuk salah tafsir. Keempat : Jika berani-berani menafsirkan ayat, ada kemungkinan saya bisa tersesat dan malah melenceng.

Berangkat dari kebodohan saya inilah, saya takut berdekatan atau menafsirkan ayat semau saya sendiri. Kemungkinan untuk salah dan tersesat lebih banyak daripada manfaatnya. Misalnya saja : Sebab minimnya pengetahuan saya : kata “ fisabilillah” disangka “Visa” buat keluar negeri, kata “haq” disangka “buat sepatu” dan berbagai sangkaan sesat yang kemungkinan bisa saja terjadi.

Pertanyaannya, orang-orang seperti saya lebih banyak atau lebih sedikit? Yang mufassir sama ahli taksir lebih banyak mana?

“Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui “ Q.S.Al Baqarah : 42

Ayat ini jika kita pahami memakai akal kemungkinannya bisa sangat luas, dinamis dan relatif. Tetapi karena saya hanya ahli taksir maka itu sudah cukup membuat saya takut untuk menafsirkan ayat AlQur’an. Artinya ancaman untuk mencampuradukan yang haq dengan yang bathil kemungkinan bisa saja terjadi.

Jika seperti ini, seharusnya ada organisasi atau kelompok yang isinya para mufassir ditempatkan di kampung-kampung agar supaya “mencampuradukan yang haq dengan yang bathil” itu jangan sampai terjadi. Bila perlu tiap RT RW harus ada satu orang mufassir.

“maka tidakkah mereka menghayati ( mendalami ) Al Qur’an? sekiranya ( ALQur’an ) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan didalamnya.”Q.S.An Nisa : 82

Alhamdulillah ayat ini ada. Sebab dengan ayat ini saya agak lega bahwa Alqur’an ditujukan bukan hanya untuk orang-orang ahli mufassir yang pandai menafsirkan ayat, melainkan bagi semua manusia. Bahkan malah bisa dibilang, untuk seluruh alam. menyangkut : jin, manusia, tumbuh-tumbuhan dan lain-lainnya. Ini taksir saya.

Ayat ini dengan gamblang malah seperti “menyindir” orang-orang yang menjauhi AlQur’an. Ayat ini menyarankan kita untuk mentadabburi AlQur’an. Menghayati. Merenung. Tujuan akhirnya adalah menjadi lebih baik amalnya, menjadi soleh, menjadi lebih bertaqwa, menjadi lebih beriman, menjadi lebih baik budi pekertinya.

Akhirnya,saya tidak takut lagi untuk mentadabburi Alqur’an. Asalkan jika setelah mentabbbur harus menjadi lebih bertaqwa, menjadi lebih beriman, menjadi lebih baik amalnya, menjadi baik budi pekertinya. Jika tadabbur goalnya adalah menjadi lebih baik. Jika tafsir goalnya adalah lebih mengetahui. Demikian tadabbur dari orang ahli taksir yakni yang hanya bisa mengira-ngira.

Tinggalkan komentar