Siapa yang paling banyak potensi membuat kita kecewa, sedih dan marah ?

oleh : Em Amir Nihat

Suatu hari Jalayin kedatangan tamu. Seorang teman jauh dari negeri seberang. Mahib namanya. Seorang yang tangguh dan kuat nuansa hati nurani dan kejiwaannya.

Mahib membombardir pertanyaan pada Jalayin,

“Siapa yang paling banyak potensi untuk membuat kita salah? Siapa yang paling banyak potensi untuk membuat kita kecewa? Siapa yang paling banyak punya potensi membuat kita bersedih?”

Jalayin terdiam, untuk pertama kali ini ia zonk. Maka ia pun membalikan pertanyaan itu pada Mahib sebab ia punya prinsip hidup sederhana yaitu “Jadilah ucapanmu sebagai nasihat dan jika kamu tidak tahu maka jadilah telingamu sebagai pendengar nasihat dari orang lain.” Berarti ia memilih telinga untuk mendengar.

Sayangnya Jalayin tidak begitu faham tabiat kebanyakan manusia. Bukankah hari ini orang yang memberi nasihat dan  mengingatkan kebaikan malah dikira sok alim, sok yes dan sok pinter? Siapkah Jalayin ditabrak dengan kenyataan itu?

Mahib kemudian menjawab,

” Siapa yang paling banyak punya potensi untuk bisa membuat kita salah, kecewa dan sedih? Adalah orang-orang terdekat kita. Karena setiap hari kita berkomunikasi dengan teman-teman kita, keluarga kita maka kemungkinan untuk bisa miskomunikasi itu ada. Kemungkinan bisa salah juga ada. Kalau dengan orang lain yang tidak kita kenal karena jarang berkomunikasi maka kemungkinan untuk sedih, kecewa, dan marah padanya juga jarang. Kalau lagi ingat yang jelek, ingat pula kebaikannya. Jangan tidak adil”

“Artinya kita harus siap andai ada dari teman kita dan keluarga kita itu yang tidak cocok dengan pendapat kita. Entah itu perbedaan pendapat atau memang karena ada yang salah dari teman atau keluarga menurut kita. Apalagi menuntut teman atau keluarga agar supaya mereka selalu setuju dengan pendapat kita itupun mustahil dan egois. Ada tiga solusi yang saya tahu dari miskomunikasi itu. Pertama, minta maaflah entah itu kita salah ataupun tidak salah sebab minta maaf adalah pintu menuju persaudaraan. Meminta maaf layaknya cahaya pagi hari yang menyibak kegelapan. Kedua, waktu yang akan menjawab untuk nanti biasa kembali caranya Bisa dengan obrolan sederhana atau basa basi sederhana tetapi itu akan mengikat tali persuadaraan lagi. Ketiga, Jangan pernah berharap pada manusia.”

“Berharap kepada manusia punya potensi untuk kecewa. Saya jadi ingat Nasihatnya Sayyidina Ali bin Abi Tholib : ‘Aku sudah merasakan semua kepahitan hidup dan yang paling pahit adalah berharap pada manusia’.”

“Sebaliknya satu-satunya yang tidak akan mengecewakan kita adalah berharap pada Tuhan. ‘Dan HANYA kepada Tuhanmulah engkau berharap’ ( Q.S. Al Insyirah : 8 ). Maka dengan HANYA berharap kepada Tuhan segala perlakuan dari manusia tidak akan membuat kita kecewa. Timbal balik dari manusia bukanlah tujuan kita.”

Jalayin mendengarkan dengan seksama Nasihat dari sahabatnya itu.

Purwakarta, 14 Juli 2021

Tinggalkan komentar