Mengapa Islam Begitu Beragam ? Bagaimana Kita Menyikapinya ?

oleh : Em Amir Nihat

Hari ini kesadaran akan Ukhuwah Islam sangat perlu digencar-gencarkan karena Islam telah menjelma berbagai macam ormas, madzab dan aliran. Islam telah sampai tahap sebuah wujud padatan organisasi. Asal semuanya masih dalam koridor “Ahlussunah wal Jamaah” tentu perbedaan harusnya tidak jadi soal, justru malah bisa mendatangkan rahmat andai semua ormas, madzab dan aliran Islam sama-sama sadar bahwa bagaimanapun banyaknya perbedaan ujung-ujungnya kita kembali ke titik persamaan yang kuat yakni kalimat tauhid.

Permasalahan yang terjadi justru ketika kesadaran Islam hanya berhenti di kesadaran ormas, madzab dan aliran sehingga semua mengklaim paling islami sedangkan yang lain itu tidak islam atau kurang islam. Pemikiran semacam itu bukan hanya mencoreng ukhuwah Islam tapi lebih bahayanya lagi malah membunuh karakter Islam itu sendiri. Islam akan sulit bersatu dan akan dengan mudah dipecah belah.

Kebencian kepada Islam tidak dilakukan secara terang-terangan oleh pembenci Islam tapi mereka melakukan adudomba, menghasut dan menarungkan semua ormas Islam di segala penjuru dunia maya. Para pengadu domba “buzzer” membikin istilah cebong, kampret, kadrun dll untuk sebagai simbol padatan strategi adudomba dan juga menarungkan ormas vs ormas, ulama vs tokoh, habaib vs ulama, kyai vs ustadz, ustadz vs ustadz dll sehingga media dunia maya keruh dengan perdebatan sesama Islam sendiri sampai Umat Islam lupa bahwa bagaimanapun salah dan dosanya yang dimusuhi adalah orang yang masih menjaga dalam hatinya kalimat tauhid. Padahal Allah justru sudah berfirman bahwa Orang Islam macam-macam sifatnya ( lihat : Q.S Al Fatir : 32 – 33 ). Kita sering mendengar narasi, berapapun banyaknya dosa Umat Islam andai ia masih bertauhid ujungnya pasti masuk surga tentu harus melewati siksa di neraka dulu. Artinya, berapapun banyaknya dosa orang islam andai ia masih bertauhid ia masih dicap Islam. Dilarang merendahkan martabat kemanusiaannya. Dilarang menghinanya.

Rosululloh dulu mengIslamkan orang kafir, kini malah banyak Orang Islam yang ingin mengkafirkan sesama Orang islam padahal sudah bertauhid. Hanya karena kesalahan dan dosa perilaku lalu sampai dihina, direndahkan martabatnya padahal ia masih Islam. Aneh sekali, bukan ?

Jangan sampai ketidaksetujuan kita pada ormas, madzab dan aliran Islam lainnya justru malah melahirkan kebencian pada orang-orangnya. Kita memang harus membenci perilaku tercela dan kita dilarang membenci sesama Islam apapun ragam ormas, madzab dan aliran Islamnya. Islam tidak menawarkan kebencian kepada sesama islam tetapi Islam menawarkan Nasihat-Menasihati. Jika melihat kemungkaran berusahalah untuk menasihati dan jika kita salah kita harus siap dinasihati. “Hadiah terbaik adalah Nasihat”. Nasihat dengan PERBUATAN kalau tidak bisa dengan UCAPAN kalau tidak bisa lagi dengan MENDOAKAN. Inilah akhlak Muslim.

Apalagi kalau kebencian kepada orang Islam yang berbeda ormas dan madzabnya malah lebih besar daripada kebencian terhadap perilaku dzolim dan kekafiran yang dilakukan orang kafir tentu ini menjadi pertanyaan dan harus diintrsospeksi ke dalam diri kita masing-masing. Kenapa kita membenci sauadara Seiman dan SeIslam ?

Yang NU harus semakin membuktian keNUannya dengan menghadirkan perjuangan dan akhlak yang baik demikian juga yang Muhammadiyah, Salafi, MTA, Persis, LDII, FPI dan ormas Islam lainnya juga demikian. Semua harus melihat Orang Islam adalah saudara Seiman dan wajib kita menjaga kehormatan jiwa dan raga dari semua itu. Kita harus tahu titik perbedaan tetapi kita harus lebih paham titik persamaan. Jangan ada lagi cacimakian. Jangan ada lagi penghinaan. Yuk sadar Ukhuwah.

Islam yang Saya Kenal

Islam A + Islam B = Islam C

Satu tanggapan untuk “Mengapa Islam Begitu Beragam ? Bagaimana Kita Menyikapinya ?

Tinggalkan komentar