Oleh : Em Amir Nihat
Akhir-akhir ini di Desa Sekadipa banyak sekali ungkapan-ungkapan pengkafiran, pembid’ahan dan pensesatan sesama manusia. Ditambah lagi fenomena-fenomena hate speech yang tampaknya sulit untuk diberangus. Jatmiko yang perduli akan hal itu akhirnya sowan Mbah Kyai bagaimana kita menyikapi hal semacam itu.
Jatmiko : Mbah Kyai, bagaimana sikap kyai tentang orang-orang yang suka mengkafirkan sesama muslim?
Simbah Kyai : Dikafirkan ataupun disesatkan ya ndak papa. Saya sudah biasa dikafir-kafirkan. Disesat-sesatkan malah kayak makanan sehari-hari. Biasa saja..
Jatmiko : Apa Mbah Kyai tidak marah. Itu kan penghinaan mbah..
Simbah Kyai : Ngapain marah. Jika saya dikafir-kafirkan oleh sesama muslim ya saya syahadat lagi. Berarti saya masuk islam lagi to. Gitu saja kok repot
Jatmiko : Hahaha.. Benar mbah.. Syahadat lagi kan kita sudah masuk islam. Ngapain juga ya kita nanggepin tudingan dari manusia.
Simbah Kyai : lah itu kamu tau. Sudah niatkan karena Allah saja.
Takfir ada aturannya
SukaDisukai oleh 1 orang
Ok mas
SukaSuka
Seperti yang sering di sampaikan Cak Nun. Kafirkan saja tidak apa kafir tidaknya seseorang itu hak preogratif Tuhan. 😊
SukaSuka
Benar mas.. Anda jamaahnya caknun? Saya dari Maiyah KC Jakarta..
SukaDisukai oleh 1 orang
Oh seperti itu. Sy kdng Mocopat Syafaat di Jogja.
Salam kenal mas.
SukaSuka
Kalo di MS ada Kiai Kanjeng terus y? Di KC saya belum pernah
SukaDisukai oleh 1 orang
Alahmdulilah selalu ada.
SukaSuka
👍👍👍
SukaDisukai oleh 1 orang
keren.
SukaSuka
Itu ungkapannya GusDur,saya jdkn cerita
SukaDisukai oleh 1 orang
menarik ketika dijadikan cerita… lanjut terus om..
SukaDisukai oleh 1 orang