Peran Media Sosial dalam Mempengaruhi Budaya dan Bangsa

oleh : Em Amir Nihat

Perkembangan media sosial dewasa ini semakin menjamur saja. Misalnya facebook, twitter, instagram, telegram, whatsapp dan lain sebagainya. Hal ini patut kita syukuri sebagai manusia yang lahir di dunia yang syarat akan persaingan teknologi-teknologi modern.

Menjamurnya media sosial sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Bahkan imbasnya ia akan merubah budaya suatu kelompok/bangsa. Hal ini sudah terjadi di Indonesia sebagai Negara kelas wahid yang terkenal akan konsumtif penduduknya. Meskipun pendapat ini perlu dikaji ulang dengan data statistik dan penelitian yang menyeluruh. Lihatlah bahwa budaya silaturahim secara langsung face to face yang kental akan anggah ungguh bahasa sopan santunnya telah tergerus dengan adanya media sosial.

Orang lebih memilih berkirim pesan lewat media sosial daripada berkunjung secara langsung. Fenomena ini sudah tidak bisa direm tetapi sebagai bangsa yang terkenal akan budaya silaturahimnya hendaklah kita memproritaskan berkunjung daripada berkirim pesan lewat media sosial karena banyak sekali keuntungan yang didapat dengan berkunjung. Diantaranya bisa menikmati jamuan makanan, bisa melihat seseorang secara langsung, bisa curhat dan ngomong secara menyeluruh dan yang tidak disadari banyak orang adalah dengan berkunjung sama saja menjaga kata-kata dalam Bahasa Indonesia dari teror bahasa media sosial yang alay yaitu sebuah bahasa yang muncul imbas dari adanya media sosial.

Begitu besarnya peran media sosial dalam mengubah budaya pada dasarnya berawal dari suatu indifidu-indifidu yang memulainya. Suatu proses yang harus kita cermati bahwa budaya tidak terjadi begitu saja. Ia memulai dengan proses yang panjang.

Berawal dari fikiran seseorang kemudian dari fikiran ia menjadi perkataan terus kemudian menjadi perbuatan setelah itu Penerimaan bersama / perbuatan itu dicontoh dilakukan bersama-sama dan dari proses ini lahirlah budaya ( mainstream ).

Kita harus jeli dan harus hati-hati dalam mengolah fikiran, perkataan dan perbuatan karena dari proses inilah budaya akan terjadi. Bagus jika itu budaya yang luhur bagaimana jika itu budaya yang buruk. Sangat berbahaya, bukan ?

Kembali ke media sosial dimana ia berperan penting mengubah arus komunikasi seseorang atau kelompok. Komunikasi yang semakin mudah dan cepat membuat media sosial sebagai perantara jalannya suatu isu-isu sosial di setiap penjuru bangsa. Hal ini menjadi positif jika hal itu memunculkan dampak yang positif. Tetapi di lapangan jauh dari apa yang kami harapkan. Media sosial menjadi peluru suatu kelompok untuk kepentingannya sendiri. Ia sudah berganti dari peran silaturahim menuju peran dunia baru yang semu. Artinya media sosial sekarang sudah tidak peduli dengan aktual suatu berita bahkan jika aktualpun ia harus disaring dan dipastikan bahwa berita itu harus menguntungkan dan berpihak pada media sosial itu. Kita tidak bisa meneliti berita dengan aktualisasi yang menjurus pada pemurnian berita yang berkembang di media sosial karena begitu banyak bahkan setiap detik berita akan selalu terupdate.

Ironisnya banyak dari kita itu sangat mudah terprofokasi dengan berita artinya ia menerima berita itu mentah-mentah saja tanpa pernah diolah. Tanpa pernah ia tanyakan pada dirinya. Siapa penyebar berita itu? Maksudnya apa berita itu disebarkan di media sosial? Mengapa harus diberi judul seperti itu? Bagaimana jika berita itu bertujuan untuk memecah belah, profokasi dan bahkan menjurus ke fitnah? Kita sudah terlanjur termakan berita sehingga hal-hal yang sangat urgen ini kita lupakan.

Dari paparan diatas, kita tahu bahwa media sosial bisa jadi alat yang sangat ampuh untuk propaganda-propaganda kepentingan suatu kelompok. Dan propaganda yang paling kami takutkan adalah terpecahnya bangsa kita ini. Tengok saja di youtube atau semacamnya, banyak berita yang seakan memancing kita untuk berdebat dan memusuhi saudara sebangsa sendiri. Padahal dari judulnya saja biasanya bisa ditebak bahwa berita itu tidak punya maksud yang baik, ia hanya ingin royalti saja.

Kasus yang paling gampang diserang adalah isu sara yang mana bangsa ini sudah kadung menyepakati bahwa bangsa ini adalah Negara Pancasila bukan Negara Islam, Kristen, Budha atau lainnya. Tetapi ego kita yang besar dalam kecintaannya pada agamanya bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan pengetahuan yang luas dan dalam terhadap agamanya.

Tengok saja yang terjadi di lapangan bagaimana kekerasan atas nama agama terus saja terjadi. Pembunuhan dengan entengnya dilakukan dengan alasan ego yang tinggi. Tentu yang dirugikan dengan isu-isu semacam ini adalah bangsa kita karena akan lemah persatuannya. Menjadi pudar kekuatan bersatunya. Padahal jimat BHINEKA TUNGGAL IKA yang digagas para pejuang bangsa kita itu tidak melalui proses yang gampang. Ia harus melewati masa yang panjang untuk menemukan rumusan yang kuat ini. Karena itu sebagai warga bangsa semestinya kita sadari hal ini, kita resapi dan maknai kebhinekaan ini. Sebuah wadah yang merupakan pusaka warisan dari para pejuang pahlawan bangsa Indonesia kita ini.

2 tanggapan untuk “Peran Media Sosial dalam Mempengaruhi Budaya dan Bangsa

  1. Lovely poem. So sorry for your loss, and may Bud find many bones to bite and toys to play with and things to chase until you meet him again.My own dog is just a puppy now, but I'm teary thinking of the day when I might lose hinglBessim.s! and

    Suka

  2. what dog? no,this only massage social media thus politic.Social media for everyone but for politic

    Suka

Tinggalkan komentar